Sabtu, 03 Mei 2014

Cinta dan Sayang



Lihat judulnya saja kalian pasti berpikir tulisan ini berisi yang mengandung syarat alur pertemuan, punya rasa suka, lalu benih cinta bertebaran jika cintanya berbalas berucung pelukan dan ciuman sebagai tanda kasih. Sungguh tulisan yang memuakan bukan? Sudah banyak yang menuliskannya, udah basi! Stop jangan memaki dulu, yang jelas aku tak menulis alur yang seperti itu, santai.
                        Cinta dan sayang disini aku artikan sebagai Indonesia dan Jepang, dua Negara yang sudah terpatri disetiap sisi lubuk hatiku. Bagiku dua Negara ini memiliki banyak kemiripan. Lihat saja bentang alamnya, sama-sama memiliki gelar kaisar, Negara Maritim. Kurang bukti untuk alasanku yang satu ini? Oke, capcus kita lihat Social Culturenya deh, kebudayaan nasional dijinjing dari kumpulan puzzle disetiap penjuru negri. Meskipun sama mengapa derajat Indonesia lebih tinggi? Tapi mengapa Jepang lebih maju? Ada ratusan pertanyaan yang serupa yang ku ajukan,dan ada ribuan jawaban dengan awalan kata “karena”. Jika begitu aku akan dengan santainya merebut toa pemimpin demonstran lalu berteriak ‘Aku Cinta Indonesia dan aku sayang Jepang’ dan aku yakin kalian akan memakiku ‘kau sudah gila nona! Mana bisa kau mencintai dan menyayangi keduanya dalam bersamaan? Kau memang orang gila nona!” ya aku memang sudah gila, mungkin dalam hubungan asmara aku ini seorang yang berselingkuh, seorang yang medua, lantas aku harus peduli, begitu? Kalau aku peduli aku tidak gila dong?? Asal kalian tau, saat dimana jiwaku melalang buana aku terkadang muncul ribuan ide yang jelas dalam nyatanya aku tak mungkin sanggup tuk wujudkannya sendiri, untuk jayanya negri ini kenapa tidak bermimpi. Aku pernah saat bersantai menikmati kue terlintas bagaimana bisa sebuah negri yang hanya sebesar kue lidah kucing bisa maju lalu kita? Boro-boro maju negri ini mandeg gak maju gak trus mundur? dan akhir-akhir ini malah mundur? Piye tho? Ah… aku ingat saat pelajaran ekonomi ‘andaikan negri ini memperkuat disektor industry pasti maju’ lalu? Sector agrarisnya mau dikemanakan? Nasib petani mau gimana? Ujungnya aku kan bertanya ‘mengapa tak seperti Jepang? Semuanya seimbang baik industry maupun agrarisnya? Buat apa menjiplak Negara adidaya tapi negri tidak cocok? Kenapa ada yang mirip gak dicontoh malah dianggap kampungan? Oh lucunya negriku…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar