Semua insan di dunia ini tak ada yang sempurna padahal
semua itu ciptaan Tuhan, nah apalagi ciptaan manusia? Pastilah boro-boro
sempurna, dibilang cukup baik aja jjjaaauuhh banget. Tercatat sebagai anak
bontot dari tiga bersaudara, aku telah mengetahui apa yang disebut kecacatan
sejak berumur 5 tahun lebih, usia dimana selalu memimpikan sebuah kesempurnaan.
Kecacatan dari kata sempurna yang harus aku ketahui pada usiaku telah dianggap
dewasa, terlalu dini memang. Keluarga yang kutuang dalam goresan pensil yang
terdiri dari ayah, ibu lalu anak-anaknya dan anak-anaknya itu ‘benar-benar’
lahir dari perutnya sendiri, tapi tidak denganku. Kedua kakakku lahir dari
wanita yang berbeda dan menemani ayahku selama 15 tahun sebelum ia kembali
kehadapan-Nya. Lalu menikahi wanita yang melahirkanku dan membesarkanku serta
merawat dan mengasihi kedua kakakku. Tidak perlu ‘benar-benar’ sempurna
mencapai cukup sempurna, bukan?
Semua tidak
berakhir begitu saja, diakhir masa sekolahku masa SD ataupun SMP (saat ini aku
SMA) aku merasa gagal karena salah satu mata pelajaran yang dicantumkan dalam
UN aku lemah, jika kedua kakakku hanya kejapan mata dapat nilai bagus tidak
denganku harus mati-matian untuk dapat terbaik.
Asmara...
kata sempurna juga menjauhiku, sungguh lucu tapi aku cukup bahagia tanpa ada
rentetan catatan mantan pacar. Konon katanya perempuan yang tidak terlibat
banyak hubungan asmara dia termasuk perempuan yang tidak cacat, suci seperti
Bunda Maria (Maryam), yah siapa tahu kan katanya. Ya... hanya Tuhan yang tahu.
Kesempurnaan
hanya ada dalam dongeng dan patung saja, jika semua sempurna pastilah hancur. Dari
berbagai kekurangan bersatu akan menjadi sebuah kesempurnaan kan?